Kamis, 20 Oktober 2011

GRAVITASI benci dan LEVITASI cinta


Seorang guru sufi mendatangi seorang murid muda yang belakangan ini wajahnya selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini?” sang guru bertanya. “Guru, belakanan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang guru tampak tersenyum dan berkata. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi dengan membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam itu dan masukan ke dalam segelas air,” kata sang guru. “Setelah itu coba kamu minum airnya sedikit.” Si muridpun melakukanya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. ”Bagaimana rasanya?” Tanya sang guru. “Asin dan perutku jadi mual”, jawab si murid dengan wajah masih meringis. Sang Guru tersenyum melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kamu ikut aku.” Sang guru membawanya ke danau di dekat mereka. ”Ambil garam yang tersisa dan tebarkanlah ke danau”. Si murid menebarkan segenggam garam sisa ke danau tanpa bicara apapun. “Sekarang coba kamu minum air danau itu” kata sang guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat dipinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tanganya, mengambil air danau dan meminumnya. Ketika air dingin segar mengalir di tenggorokanya, sang Guru bertanya, ”Bagimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata simurid sambil mengelap bibirnya. Tentu saja air danau ini berasal dari sumber mata air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. “Terasakah rasa garam yang kau taburkan?” tanya sang Guru. “Tidak sama sekali” kata si murid sambil mengambil air minumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum dan membiarkan muridnya mengambil minum sampai puas.
“Nak” kata sang Guru setelah muridnya selesai minum. ”Segala masalah dalam hidup ini seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang kau hadapi dalam hidupmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetapi segitu-gitu aja tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia inipun demikian. Tidak ada satupun manusia, walau dia seorang nabi yang terbebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam mendengarkan. ”Tapi Nak, Rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, Berhentilah Menjadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu sebesar danau.” Seringkali masalah yang kecil menjadi besar tatkala hati kita sempit dan tidak sedikit yang mengalami ”berat”nya beban yang dialami saat hati tidak lapang.
"Hate is under the law of gravity, love is under the law of levitation." Kebencian berkait erat dengan ‘gravitasi” karena mudah sekali membuat manusia menjadi serba “berat” dan “tertarik” ke bawah membuat penderitaan dan kerusakan. Cinta berkaitan dengan gerakan-gerakan ke atas. Karena ”hanya” cinta yang membuat manusia ringan dan terbang ke atas membangun kedamaian dan kebaikan.

seri PHARMACY of the SOUL
Written by mukhlis@HC-AMC channel
Photography by Amin Basyir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...