Selasa, 04 Oktober 2011

BERDIALOG dengan MIMPI

Membuka catatan memori, tepatnya tanggal 18 Januari 2007, sekitar jam 5an sore.. saya ditelpon oleh teman lama yang berprofesi sebagai dokter obsetri dan ginekologi disalah satu rumah sakit besar di Surabaya. Saat itu, dia ”curhat” karena ada salah satu pasien yang mengalami hal aneh saat mau melahirkan. Apa yang aneh? Dia cerita, sebutlah DN (usia 33 tahun) pada usia kehamilan sampai pada 8 bulan, status kehamilannya dinyatakan baik-baik saja bahkan riwayat chek up USG dinyatakan bahwa berat dan posisi janin ”baik”. Namun keanehan mulai terjadi pada fase 9 bulan. Saat kontrol terakhir yaitu satu minggu sebelum tanggal HPL, Scanning ultrasonografi (USG) mendeteksi ”tidak adanya janin dalam rahim”. Padahal pada pemeriksaan palpasi, masih terdeteksi adanya denyut jantung dalam dinding rahim.. Setelah selesai curhat sampai pada perkembangan status terakhir. Akhirnya saya menyarankan agar malam itu, DN melakukan usapan-usapan lembut pada perut dengan penuh kasih sayang. Lakukan sampai DN tertidur. Keesokan harinya, Dia menghubungi saya dan memberitahukan bahwa semalam DN BERMIMPI bahwa dia melihat selembar ”kain putih” dirahimnya. Setelah mendengarkan status terakhir dan berdasarkan pengamatan metafisis, akhirnya saya menyarankan agar DN minum air kelapa hijau hari itu juga sebelum terbenam matahari. Informasi terakhir, setelah DN minum air kelapa skitar jam 12an, kemudian DN melakukan check up USG. Hasilnya ” janin sudah bisa diidentifikasi kembali” dan malam itu akhirnya proses persalinan dilakukan dengan baik dan lancar, Alhamdulillah.


Mimpi adalah fenomena biologis bawah sadar “subconscious mind” yang bisa dialami oleh siapa saja. Sebagian besar mimpi, memang melibatkan pola-pola visual yang khas namun yang menarik adalah bahwa fungsi melihat dan mendengar pada fenomena ‘mimpi” sebenarnya tidak selamanya berhubungan dengan sensor “optic” mata dan “auditory” telinga, namun lebih pada sensor “pshynic” dari indra batin/pikiran Gn-6 (Indra keenam). Disebut “indra keenam” bukan karena kita sudah mempunya 5 (panca) indra tubuh, namun karena memang anatomis “radikulernya” terletak pada susunan keenam dari struktur indra pikiran yang ada pada setiap manusia. Istilah “ otak tengah” yang akhir-akhir ini menjadi populer, sebenarnya merupakan “polaritas” dari fungsi pshynic indra keenam namun tidak sepenuhnya benar jika seseorang yang aktif otak tengahnya menjadi “jenius” karena fungsi pshynic beresonansi pada alur “intuisi” bukan “intelektual”. Bahkan penelitian pada anak-anak yang terlahir “indigo” dengan tingkat bawaan (hereditas) yang “aktif” otak tengahnya, lebih menunjukkan pada profil “clairvoyance” bukan genius. Detail materi, lihat bahasan OTAK TENGAH antara “clairvoyance dan jenius”.



Kembali ke fenomena mimpi, bahwa tidak selamanya mimpi muncul karena impian, walaupun mimpi dan impian merupakan “prodromal” menuju kenyataan, namun keduanya memiliki jalur fisiologis yang berbeda. Impian mengalir melalui pembuluh “conscious” sedangkan mimpi mengalir melalui pembuluh “subconcious”. Walaupun begitu, pada saat “mind biorythm” mencapai siklus puncak (periode 33 hari) mimpi dan impian menyatu dalam satu garis “fluid” yang melahirkan “obsesi” munculnya peradaban. Dengan demikian, dimengerti bahwa teknologi yang ada saat ini, merupakan “karya” dari mimpi dan impian masa lalu.

Memahami etiologi terjadinya mimpi, setidaknya ditemukan ada 2 faktor penyebab adanya mimpi yaitu :

1. Ketidaknyamanan (disease) baik bersifat fisik maupun psikis. Pada dasarnya setiap ketidaknyamanan menghasilkan mimpinya sendiri. Ketika seseorang tidur dalam keadaan lapar, mimpi yang muncul adalah makanan lezat yang siap disantap. Atau bermimpi menyeberang sungai, saat lap basah ditempelkan di kaki orang yang sedang tidur. Kecemasan dan ketegangan juga melahirkan mimpi-mimpi buruk yang melelahkan. Adanya trauma masa lalu, perasaan cinta yang kandas, atau perasaan bersalah sering menimbulkan mimpi memorik yang membawa muatan ”emosi”. Adanya fenomena ”pavor nocturnus” seperti kejang, kramp dan perasaan terkunci saat tidur, juga bisa terjadi tidak saja karena sumbatan (obstruksi) pembuluh darah, namun juga bisa karena intervensi ”pressure” dari makhluk metafisik.

2. Adanya pesan telepatik untuk kita. Secara umum, kebanyakan orang ”mengalami” fenomena telepati, namun tidak banyak yang ”mengerti” tentang penyebab dan mekanisme telepati. Namun yang pasti, bahwa ikatan batin/hubungan darah melahirkan ”saklar otomatis” munculnya fenomena telepati emosional yang bersifat bawah sadar. Pada pemeriksaan sidik jari”, diketahui bahwa kemampuan telepati emosional, semakin kuat pada orang-orang yang cleft 1 dan cleft 2 menyatu pada ujung ”cantus”. Munculnya ”bipolar” pada kasus orang kembar atau ”emo1” pada hubungan orang tua dan anak, terjadi melalui mekamisme ini. Hal ini menjelaskan adanya kasus tentang individu yang bisa merasakan sakit dari individu lain yang sedang sakit dalam jalur keluarga. Ada satu lagi fenomena yang mirip dengan pola diatas yang disebut ”HTO”, fenomena ini tidak dipengaruhi oleh ikatan batin , namun masih bisa merasakan suka-duka emosi orang lain. Detail materi, ikuti bahasan TELEPATIC emosional yang KASIH. Ada beberapa kasus mimpi yang terjadi karena pesan telepati. Misalnya kasus ”motoric nocturnus” dimana seseorang yang tidur bisa melakukan berbagai aktifitas fisik dalam keadaan masih tertidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...