Rabu, 26 Oktober 2011

BAWANG PUTIH dan kasus METAFISIKA


Kandungan kimia dari Allium sativum L. yang memiliki aktivitas biologi dan bermanfaat dalam pengobatan penyakit klinis atau perawatan kasus metafisika adalah senyawa organosulfur . Kandungan senyawa organosulfur ini antara lain:
a. Senyawa S-ak(en)-il-L-Sistein sulfoksida (ACSOs), contohnya allicin dan γ-glutamilsistein, senyawa yang paling banyak terdapat dalam bawang putih. Allicin bertanggung jawab pada bau dan citarasa bawang putih, asam amino yang mengandung sulfur, dan digunakan sebagai prekusor  allicin . Allicin dan senyawa sulfoksida yang lain, kecuali sikloalliin, segera berubah menjadi senyawa thiosulfinat, seperti allicin, dengan bantuan enzim alliinase ketika bawang putih segar dicincang, dipotong, maupun dikunyah secara langsung (Amagase, 2006). Allicin memiliki potensi sebagai antibakteri.
b. Senyawa sulfur yang volatil seperti allicin. Allicin merupakan senyawa yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi senyawa sulfur yang lain seperti dialil sulfida.
c. Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti  diallyl sulfide (DAS) dan diallyl sulfide (DADS).
d. Senyawa sulfur larut air yang non volatil seperti S- allil sistein (SAC), yang terbentuk dari reaksi enzimatik γ-glutamilsisteine ketika bawang putih diekstraksi dengan air (Amagase, 2001). SAC banyak terdapat dalam berbagai macam sediaan bawang putih, merupakan senyawa yang memiliki aktivitas biologis, sehingga adanya SAC dalam sediaan bawang putih sering dijadikan standar bahwa sediaan bawang putih tersebut layak dikonsumsi atau tidak (Amagase, 2006).
Umbi bawang putih berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, meredakan rasa pening di kepala, menurunkan kolesterol,dan obat maag (Sri Sugati et Hutapea, 1991). Disamping itu digunakan pula sebagai ekspektoransia (pada bronkhitis kronis), karminativa (pada keadaan dispepsia dan meteorismus) (Hansel, 1991).
Pengetahuan tentang manfaat bawang putih dalam pengobatan sudah ada sejak tahun 1550 sebelum masehi, dimana orang-orang Mesir menggunakan bawang putih untuk mengobati berbagai penyakit (Yang, 2001). 
Berbagai penelitian epidemiologi yang berkembang menyebutkan bahwa bawang putih. dan berbagai tanaman lain yang mengandung senyawa organosulfur dapat mencegah terjadinya kanker pada manusia, termasuk kanker kolon (Reddy et Rao, 1993).
Penelitian lain yang memperkuat bahwa bawang putih dapat digunakan sebagai kemopreventif kanker kolon dilakukan dengan membandingkan antara SAC dan SAMC yang dikandung oleh bawang putih pada sel kanker kolon HT-29 dan SW-480. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah SAMC dapat menghambat pertumbuhan serta mengistirahatkan sel pada fase G¬2 – M dan menginduksi terjadinya apoptosis (Shirin et al., 2001).
Bawang putih yang tersedia di pasaran internasional tersedia dalam empat macam bentuk yaitu minyak esensial bawang putih, maserat minyak bawang putih, serbuk bawang putih (yang dikenal sebagai Garlicin), dan aged garlic extract (AGE). Penelitian yang sudah dilakukan membandingakan antara AGE dengan bentuk olahan bawang putih yang lain seperti jus bawang putih mentah (raw garlic juice), jus bawang putih yang dipanaskan (heated garlic juice), dan serbuk bawang putih masak. Jika dilihat aksi farmakologinya, maka AGE lebih poten dalam menghambat pertumbuhan sel sarkoma-180 yang ditransplantasi pada tikus, dibanding dengan bentuk olahan bawang putih yang lain (Kasuga et al., 2001).
Efek antikanker dari bawang putih. juga dapat diperkuat dengan adanya senyawa organoselenium dibanding senyawa organosulfur yang analog. Organoselenium yang disintesis di laboratorium, dialil selenida, 300 kali lebih efektif jika dibanding dialil sulfida dalam melindungi induksi DMBA pada kanker payudara tikus. Lebih jauh lagi benzil selenosianat dapat menghambat induksi azoxymetana kanker kolon pada tikus (El-Bayoumy et al., 2006).

Menjawab berbagai pertanyaan seputar manfaat bawang putih untuk membantu "menonaktifkan" indra-6 pada anak-anak yang rewel pada malam hari, maka kandungan minyak atsiri dan sterol terbukti membantu menangani kasus ini. Cara sederhananya adalah dengan memotong bawang putih menjadi 2 bagan. Bagian yang terpotong akan mengeluarkan minyak yang kemudian dioleskan ke dahi anak itu. Reaksi farmakoterapinya sekitar 10-15 menit kemudian. Anak menjadi lebih tenang dan nyaman .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...