Kamis, 06 Oktober 2011

Antara EMULSI dan SENYAWA piikiran




Apakah Tuhan menciptakan “segala” apa yang ada di langit dan dibumi? Dengan berbekal ”pengetahuan” untuk melihat apa yang ”tersurat” dan ”tersirat”, tidak ada alasan untuk mengatakan "tidak". Namun jika Tuhan menciptakan segalanya, apakah berarti Tuhan juga menciptakan kejahatan?
Dalam suatu kuliah terbuka, seorang profesor dari sebuah universitas terkenal, menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, ”Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
”Tuhan menciptakan semuanya?’Tanya professor sekali lagi.
”Ya, pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, ”Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan juga menciptakan Kejahatan. Menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah juga kejahatan.’
Mahasiswa itu ”terdiam” dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa telah unggul dan angkuh karena sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah ”mitos”.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, ”Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”
“Tentu saja,” jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
”Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.” jawab si profesor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut.”
Kita menciptakan kata ”dingin” untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, ”Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah Pak. gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa ”mengukur” gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan ”cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, ”Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, ”Tentu saja ada, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak kasus kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, ”Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, ”kejahatan” adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ”ketiadaan panas” dan gelap yang timbul dari ”ketiadaan cahaya”
Profesor itu terdiam... Dan nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Ada yang menarik dari kisah diatas, bukan hanya pengetahuan tentang ”realitas” panas dan dingin atau gelap dan terang, namun lebih pada bagaimana persepsi ”dualitas” kehidupan kita. Biasanya kita memulai untuk memahami diri dengan “pembagian”, Diri Anda terbagi dalam “badan dan pikiran”, tersusun dari “jiwa dan raga”, terdiri dari “jasmani dan ruhani”. Jika ini yang terjadi, maka yang datang kepada Anda hanyalah tumpukan “pengetahuan” tentang diri Anda, bukan “keberadaan” Anda. Konsep tentang seseorang yang terbagi-bagi antara tubuh dan pikiran, antara fisik dan spiritual sebenarnya hanyalah linguistik “imajiner” dari pikiran Anda. Bila tubuh Anda terluka, pada saat itu Anda tidak pernah merasa bahwa Anda adalah dua. Anda merasa satu dengan tubuh. Misalnya, saat seseorang menempelkan pisau di dada Anda, pada saat itu Anda tidak pernah berpikir bahwa orang itu akan membunuh ”tubuh Anda”, yang Anda pikirkan adalah orang itu akan membunuh ”Anda”. Hanya kemudian, bila peristiwanya menjadi bagian dari ”ingatan” Anda, Anda mulai membagi-bagi. Anda bisa mengatakan bahwa orang itu akan merobek-robek ”tubuh” Anda, tetapi hal itu tak dapat diucapkan saat ”keberadaan” Anda terancam saat itu. Begitulah cara pikiran melihat sesuatu, selalu menciptakan ”dualitas”, tubuh dan pikiran, terang dan gelap, suka dan duka, cinta dan benci. Pikiran tidak bisa memahami ”terang dan gelap” adalah satu, memandang cinta dan benci sebagai kesatuan. Ini adalah sulit bagi pikiran, karena itulah akhirnya pikiran membagi-bagi dan selesailah masalahnya. Benci adalah lawan cinta, dan cinta adalah lawan benci. Sekarang pikiran Anda menjadi konsisten dan tenang. Jadi pembagian merupakan ”tetapan” dari pikiran Anda, bukan suatu kebenaran yang sesungguhnya. 


Pharmacy of the soul
inspiring by mukhlis@HC AMC channel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...